Tanggal Ku Turun Ke Bumi


Dari sana, tempat dimana kembang api bermunculan tanpa henti, melepaskanku penuh keikhlasan untuk turun ke bumi. Aku tak pernah paham mengapa Tuhan menciptakanku, mungkin ada sesuatu yang spesial, dan Tuhan menyuruhku untuk mencari tahu. Di tempat yang terbangun oleh sayap rapuh kupu-kupu, aku meminjam debu untuk terus ikut menempel disetiap kepaknya. Dengan rasa penuh harap, dari sana mungkin aku bisa mencari jawabnya.

Penantian panjang ibu dan bapak telah bermuara dihari itu, segala rindu ingin jumpa bercampur aduk dengan rasa bahagia, haru dan duka. Tangisan pertamaku sangat merdu di telinga mereka, seakan mereka ingin cepat memeluk tubuh lemahku. Mungkin aku tak paham, mengapa mereka tersenyum melihatku.

Semua sanak saudara mengucapkan selamat, ibu dan bapak dihari itu telah resmi mempunyai jagoan kecil, lelaki gagah yang tumbuh menjadi pria pemberani kelak. Dan mulai hari itu, semangat seorang bapak menjadi lebih giat, apapun ia lakukan demi kesehatan dan tumbuh kembang seorang anak pertamanya.

Hari begitu sangat cepat berlalu, berkat kasih sayang ibu dan bapak, aku bisa merasakan sekolah. Mengenal huruf, angka, dan beberapa hewan yang kupandang aneh saat itu. Aku masih ingat betul, ketika aku belajar membaca bersama ibuku di rumah, ibuku selalu mengiming-imingkan sesuatu yang kusuka, agar semangatku untuk membaca akan terus berpacu.

Menginjak bangku sekolah dasar, mengenal teman adalah kewajiban yang harus dilakukan, kata ibu. Aku selalu dituntut untuk berteman dengan siapa saja. 6 tahun berlalu, di sekolah dasar kurasa cukup untuk naik ketingkatan selanjutnya.

Tak terasa aku sudah menginjak bangku di kelas 7 sekolah menengah pertama. Dari situ aku mulai mengerti sifat manusia satu-per-satu, aku mengerti bahwa berbagi sangatlah berarti, aku mengerti apa yang guru tugaskan, sudah kewajiban murid untuk mengerjakan, dan aku mengerti bahwa dibalik tugas ada hukuman yang selalu menghantui.

Beberapa tahun berlalu, sekolah kejuruan memang impianku. sampai akhirnya tulisan ini dibuat detik-detik dimana aku menginjak usia 17 tahun, aku bersyukur bahwa selalu ada kisah di masa lalu yang asyik untuk dibicarakan. Aku tak pernah paham bagaimana Tuhan menciptakan hati untuk akhirnya setiap manusia memiliki perasaan.

Walau kini segalanya telah mengalami perubahan, aku masih saja menyimpan sifat kekanak-kanakan. Terus memohon agar Tuhan membantuku terus berjalan di jalan pendewasaan.

Pukul setengah dua belas malam ini, dari kamar yang berpenghuni diriku seorang, aku memaksa menyelinap di antara semak-semak, menuju deret melintang nyala lampu kota, pikiran terus memaksaku untuk terus memikirkan bagaimana untuk terus hidup di masa depan, membahagiakan orang-orang yang kucintai, dan mencintai orang-orang yang kusayangi.

Diantara beribu doa, doa orang tua dan kalianlah yang membuatku se-semangat ini. terima kasih doa dan ucapannya!

2 komentar

tulisannya sangat bagus kak!
hayuk berkunjung ke blog saya http://arlinalaras18.blogspot.co.id/

Reply

Thank you mba bro. Otw wushhh~

Reply

Posting Komentar

Beri komentar pada kolom yang tertera. Dilarang menggunakan kata sapa "Gan" di blog ini. Dariku sang penggila kopi, pecandu puisi.