Perempuanku

Mahatma Gandhi pernah berkata, “Where there is love, there is life.”Aku menemukan kembali hidupku, saat aku menyelam ke dalammu.

Ini tentang perempuanku,

Yang katanya pernah menunggu dalam waktu yang lama, cukup lama, dan berdoa ada keajaiban nantinya. Yang terbiasa menyimpan luka saat aku menceritakan perempuan lain di hadapannya, sebab, waktu itu aku benar-benar tidak tahu kalau ia mencintaiku tanpa menjika-jika, tanpa mengada-ngada.

Ia menyimpan tangis dalam tawa, terbungkus semua dalam perilaku sehari-harinya, menutupi segala luka yang menyayat hatinya begitu rapih. Sangat rapih. Sampai-sampai aku tidak tahu barang se-kuku saja tentang perasaannya kepadaku.

Ini tentang ia,

Perempuan yang bisa membuatku jatuh cinta dengan perilakunya.

Dibeberapa kali kesempatan ia terlihat begitu manja dan mengemaskan, seperti anak kecil yang enggan lepas dari pangkuan ayahnya. Namun dilain waktu, ia bisa menjadi perempuan yang mandiri dan tangguh. Ia bisa menempatkan dirinya sesuai porsi, sesuai keadaan. Ia indah dengan caranya.

Ini masih tentang perempuanku,

Perempuan ini ada-ada saja tingkahnya, selalu bisa membuatku berkata kalau dia sangat unik. Tatapan matanya begitu dalam, aku takjub saat binar matanya mengambang, sudah pasti tersipu malu saat aku ditegur, “Orangnya disini” jika aku memalingkan wajahku saat berbicara padanya.

Aku mencintainya sebagai tempat pulang, ada sebagian aku yang berada padanya, ia memang tak pernah meminta, tapi aku rela untuk memberi.

Ini tentang perempuanku, Angel Evita Danes.
Perempuan yang selalu bisa membuatku jatuh cinta.

Bee, jika kau butuh bahuku, Bahuku untukmu kapan saja. Untuk bersandar ketika kamu lelah dengan dunia, atau untuk sekedar menyandarkan bahagia agar tidak berlebihan dalam menanggapinya. Mungkin tidak seberapa, tapi terkadang hanya itu yang aku punya untuk bisa melihatmu kembali tertawa seperti biasanya.

Jika kau butuh pelukku, kemarilah, akan aku siapkan peluk agar kau merasa aman dan nyaman, berbagilah kesedihan padaku, aku akan menghilangkan kesedihan semampuku.

Kalau kau ingin bantuanku, apa saja, katakan saja. Aku akan sediakan waktu dan pikiranku sebanyak yang aku bisa. Kalau tidak banyak membantu, setidaknya aku tetap ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja.

Bee, teman kita pernah bercerita, 
Ada dua orang yang selalu tidak sabar menunggu pagi. Keduanya, ingin terus bertemu lagi, untuk saling mengagumi. Merasakan hangatnya percakapan, merasakan bagaimana ternyata seseorang bisa membenci malam karena itu artinya perpisahan.

Dua orang itu juga selalu menjadi perhatian teman-temannya. Mereka akan menggoda, menanyakan status keduanya.

Teman kita pernah bercerita.

Dua orang itu pernah menjadi dua orang yang saling jatuh cinta, tapi tidak ada yang berani mengatakannya. Sampai salah satu letih menunggu, dan satu lagi masih takut kalau satunya tidak memiliki perasaan yang sama.

Kata teman-teman, dua orang itu kita.

Lalu waktu menjawab semuanya, aku milikmu bee.







Terimakasih untuk hari-hari yang penuh dengan cinta, Mari menghitung lebih banyak lagi untuk waktu-waktu mendatang. Tetaplah bergenggaman dan jangan pernah merenggang.

1 komentar:

Posting Komentar

Beri komentar pada kolom yang tertera. Dilarang menggunakan kata sapa "Gan" di blog ini. Dariku sang penggila kopi, pecandu puisi.