Supir Yang Berdosa


Debu, asap kendaraan ibukota yang terus berlalu-lalang
Mengikutiku sampai diri ini bertaut temu
Obrolan santai mengikat orang-orang ramah
Tanpa basa-basi bersapa tak kenal muka

Supir angkot yang terus mengelap dahi
Silau mata berkabutkan cahaya matahari
Beliau mematahkan terik siang
Demi sesuap nasi untuk keluarga tersayang

Terus mengejar dunia, lupa akan akhirat
Kebodohan datang di kepala-kepala mereka
Meminta banyak rezeki tapi lupa dengan sang Maha Pemberi
Adzan berkumandang mereka acuh untuk tunduk sebentar

Walau maksud hati untuk menafkahi
Janganlah lupakan sang pencipta
Setidaknya bersyukur atas penghasilan hari ini
Karena besok atau lusa, apa kita bisa mendapatkan hasil setara?

Pernah menjadi suatu tanda tanya
Kemana akan pergi rezeki itu?
Untuk keluarga atau lenyap bersama judi?
Sedangkan kalian tak pernah bersujud barang sebentar

Anfal ria reshadi,
Jakarta, 27 Januari 2017

Posting Komentar

Beri komentar pada kolom yang tertera. Dilarang menggunakan kata sapa "Gan" di blog ini. Dariku sang penggila kopi, pecandu puisi.