Aku Jadi Imamnya Ya?


Hai puan,
Kau tahu bagian paling menyenangkan dari kesendirian?
Ya, mengenangmu sepuasnya.

Perihal orang-orang yang mencintai kesedihan,
Dalam kensunyian, dia menghapus kesedihannya di depan cermin.
Di tempat yang berbeda, kita saling bercerita.
Kau dan dia berpelukan, menari-nari di atas statusmu sekarang.
Kau telah resmi menyandang gelar ratu untuk lelaki itu.

Aku tak bisa berbuat banyak, usahaku kalah telak.
Disini aku sibuk mencabuti waktu,
Mensyukuri nikmat rindu yang menjadi alasan untuk kita bertemu.
Aku tak pernah merasa kesal, karena kau telah memilihnya.
Yang aku sesalkan hanyalah aku tak pernah mebuatmu bahagia.

Air mata mengisyaratkan tumbuhnya luka,
Ada kehilangan yang terselip di mataku.
Mengertilah puan.
Buatlah aku semakin tabah.
Ajari aku untuk mengikhlaskan dirimu.

Ingatlah kembali bagaimana bahagianya kita dulu.
Lebih riang dari anak kecil,
Bermain di tengah jalan tanpa mengenal bahaya.
Aku menunggu puan, menunggu.
Janur kuning itu belum melengkung, dipasang saja belum.

Ingatlah aku pernah berjanji,
Aku akan mengatakannya di suatu saat nanti.
“Aku jadi imamnya ya?” apa kau masih ingat?
Dan kau pun tersenyum, dan menjawab iya dengan suara yang lembut.
Dan sekarang aku malah takut.

Sadarlah puan, kesempatan kedua sedang berlari.
Aku sudah siap untuk mendekatimu sekali lagi.
Bila nanti, lelaki itu kau jauhi.
Jangan pernah lupakan masa lalu yang sedang kau tangisi.

Aku rasa, waktu itu kita lebih baik mencoba bertahan terlebih dahulu.

4 komentar

sebab sebaik-baik patah hati adalah merelakan ia bahagia dengan yang dicintai.

Reply

Sebab yang dicintai telah pergi membuat mata lelah untuk menangisinya setiap hari.

Reply

pasti ada jalan kok kalau memang ada cinta di hati..
mungkin memang bukan dia orang yang akan selalu menemani.

Reply

Kedatangannya hanya membuat kenangan pahit, pahit yang mendewasakan. Terimakasih atas kunjungannya ya~

Reply

Posting Komentar

Beri komentar pada kolom yang tertera. Dilarang menggunakan kata sapa "Gan" di blog ini. Dariku sang penggila kopi, pecandu puisi.